SYI'AH

,
Sebelum kita masuk ke pembahasan yang lebih terperinci dalam mempelajari dan mengkaji tulisan- tulisan dalam buku ini, ada baiknya kita berbincang sekilas tentang ajaran ini.

Syi’ah, yang mana akhir-akhir ini banyak terjadi perselisihan antara aliran ini dengan Sunni baik secara fisik maupun pemikiran, yangmana telah terjadi pula pada masa-masa sebelumnya. Karena memang banyak perbedaan yang sangat menonjol antara kedua aliran ini, dan jua terkadang sifat para penganut Syi’ah yang terlalu ekstrim.
Alasannya yaitu, Syi’ah mempunyai perbedaan yang sangat mencolok dalam ajaran-ajaran syariat dibanding dengan ajaran Sunni. Contoh kecilnya saja dalam masalah Khulafaur Rasyidin, orang-orang Syi’ah lebih mengutamakan Ali bin Abi Thalib dan menghujat serta menghina para khalifah- khalifah sebelumnya dari Abu Bakar hingga Utsman bin ‘Affan, karena menurut mereka, yang berhak sebagai khalifah pengganti Rasulullah setelah beliau wafat adalah Ali bukan Abu Bakar, dan bahkan mereka menganggap bahwa Abu Bakar merebut posisi Ali sebagai khalifah pengganti Rasulullah pasca wafatnya beliau.

Sedangkan dengan ajaran imamah mereka, banyak yang yang mengklaim bahwa sumber ajaran ini adalah berasal dari agama Yahudi, karena yang mempopulerkan adalah Abdullah bin Saba dan sebelum masuk Islam ia adalah seorang Yahudi yang mempopulerkan bahwa Yusya’ bin Nun adalah pengganti nabi Musa AS.


Pembahasan 


I. Asal Mula Dan Sejarah Dari Aliran Syi’ah


Awal mulanya Syi’ah adalah sebuah gerakan politik yang selalu ingin merebut kekuasaan dan mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib-lah yang berhak sebagai khalifah dan juga khalifah selanjutnya berasal turun temurun dari keturunannya. Dalam ajaran Syi’ah, mereka mempunyai asas bahwa dalam pemerintahan mereka menyebut khalifah mereka dengan sebutan “Imam”. Dari pimpinan terdahulu mereka, Ali bin Abi Thalib sampai imam mereka yang kedua belas. 



Sebenarnya, ajaran ini dibentuk pertama kali oleh Abdullah bin Saba’ dan sebelum ia masuk Islam ia adalah seorang Yahudi. Ketika ia masuk Islam, ia adalah orang yang terang-terangan menghidupkan kewajiban akan imamahnya Ali serta berlepas dari musuh-musuhnya. Dialah pula orang yang mempopulerkan pendapat ketika masih beragama Yahudi bahwa Yusya’ bin Nun adalah pengganti nabi Musa AS dan hal ini juga ia lakukan ketika ia sudah memeluk agama Islam. Dari hal yang telah tersebut barusan inilah yang membuat orang menuduh bahwa sumber ajaran Syi’ah berasal dari ajaran Yahudi.

Dan ternyata, Syi’ah pun telah memasuki nusantara pada saat agama Islam mulai memasuki nusantara, yakni pada masa penyebaran agana Islam pertama kira-kira pada tahun 173 H atau 800 M, yakni di daerah Aceh tepatnya di daerah bernama Peureulak yang nantinya berdiri sebuah kerajaan dinamai dengan Kerajaan Islam Peureulak , dan pembawa ajaran ini adalah para pedagang yang berasal dari Gujarat .

II. Aliran-Aliran/Golongan Yang Terdapat Dalam Syi’ah


Menurut Al Hasan bin Musa An-Naubakhtiy (seorang ulama syi’ah yang hidup pada pertengahan abad ke 3 H hingga awal abad ke 4 H), sebelum pemerintahan Ali bin Abi Thalib, khususnya ketika masa Rasulullah telah wafat sudah terdapat kelompok-kelompok Syi’ah, antara lain Al Jarudiyah, Al Batriyah, dan lainnya.dan juga pada masa ini pula muncul pula kelompok yang mendukung Ali bin Abi Thalib, tapi kemudian mereka mengkafirkannya karena dia melakukan tahkim ar-rijal.


Apalagi setelah wafatnya Ali, muncul kelompok yang mana kelompok ini adalah kelompok yang ghuluw (ekstrim) dan bisa disebut dengan kelompok Syi’ah Saba’iyah dengan pemimpinnya Abdullah bin Saba’. Kelompok inilah yang secara terang-terangan mencaci para Khulafaur rasyidin kecuali Ali bin Abi Thalib dan mereka berkata bahwa Ali-lah yang menyuruh mereka, dan Ali hampir saja memvonis mati dia (Abdullah bin Saba’).


Ada juga kelompok lain yang muncul setelah wafatnya Ali, yaitu Al- Kaisaniyah. Apalagi kelompok ini lebih ekstrim lagi dalam sikap kepada orang yang melangkahi Ali dalam imamahnya, yakni dengan mengkafirkannya. Mereka juga mengkafirkan Ahlush Shiffin, Ahlul Jamal. Tokoh atau pimpinan dari aliran ini adalah Al-Mukhtar bin Abi Ubaid Ats-Tsaqafi, dan dia mengaku bahwa malaikat Jibril pernah menurunkan wahyu kepadanya.


Ada pula kelompok yang lebih ekstrim dalam sikapnya terhadap Ali, yakni dengan menganggapnya sebagai Tuhan dan sudah pasti kelompok ini adalah kafir karena menganggap manusia sebagai Tuhan, apalagi Ali adalah seorang sahabat se rta keponakan nabi SAW yang hanya manusia biasa.


Syi’ah yang sebelumnya adalah hanya partai politik lama-kelamaan menjelma menjadiseperti sebuah agama yang mempunyai madzhab dalam fiqih (hukum), pendapat dalam filsafat, ajaran dalam tasawuf, serta terutama keyakinan dalam aqidah. Ini sama saja dengan membentuk agama baru dan agama ini adalah sesat. Kesesatan yang terjadi seperti mempersoalkan kitab suci Al Quran, menurut pandangan mereka bahwa Al Quran mushaf Utsman tidak semuanya orisinal seperti yang diturunkan kepada Rasulullah dan pemikiran ini berasal dari kitab-kitab karangan mereka dari pertama sampai datangnya Syeikh Shaduq. Dan menurut para penganut Syi’ah Al Quran milik ummat muslimin terdapat ayat-ayat asli dan palsu, sedangkan milik merekalah yang terdapat ayat-ayat yang asli.

III. Kesimpulan


Adapun kesimpulan yang bisa kita ambil dari apa yang telah dipaparkan di atas adalah agar kita berhati-hati terhadap pengaruh/ propaganda yang berasal dari kelompok-kelompok yang merupakan cabang dari Islam tapi berbahaya bagi agama Islam sendiri, baik yang bersal dari buku-buku bacaan ataupun dari perkumpulan yang menyerupai majelis taklim seperti yang banyak terdapat di negara Indonesia ini.

Penutup


Alhamdulillah, dengan segala ni’mat serta pertolongan Allah SWT makalah ini dapat terselesaikan. Penulis merasa bahwa di dalam tulisan ini terdapat banyak sekali kesalahan, baik dalam penulisan maupun tata bahasa khususnya bahasa yang kurang berkenan. Ini semua dikarenakan penulis bukan seorang profesional tapi penulis masih dalam tahap pembelajaran tentang hal ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf kepada para pembaca atas semua kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam tulisan ini. Wallahua’lamu bishshawab.

0 komentar:

Posting Komentar